Dalam kurun waktu tahun 1966 hingga 1969, Amerika mengalami 3 kebakaran dahsyat yang melanda kapal induk mereka serta menewaskan lebih dari 200 pelaut.
Salah satunya yang paling fenomenal adalah kapal induk nuklir pertama milik Angkatan Laut USS Entreprise.
USS Enterprise saat itu mengalami kebakaran hebat saat berlayar 70 mil barat daya Pearl Harbor, Hawaii pada Januari 1969.
Pada pukul 8:18 waktu setempat, panasnya matahari yang menyengat memicu hulu ledak 15 pound dari salah satu roket Zuni.
Roket Zuni menggunakan hulu ledak Komposisi B, terdiri dari 60 persen RDX dan 40 persen TNT dicampur dengan lilin yang rentan terhadap pemasakan ketika terkena panas sekitar 350 derajat.
Ledakan yang dihasilkan mepecah tangki bahan bakar Phantom, yang menuangkan bahan bakar jet JP-5 ke geladak, menyambar tiga Phantom lagi yang ikut terbakar.
Di antara korban pertama kebakaran itu adalah dua operator unit huffer dan pilot F-4.
Reaksi berantai yang mengerikan berlangsung, mirip dengan yang terjadi pada USS Forrestal.
Panas dari bahan bakar yang terbakar menyebabkan tiga roket Zuni meledak setelah dua menit, meledakkan sebuah lubang di hanggar pesawat di bawahnya memungkinkan aliran bahan bakar jet yang terbakar untuk masuk.
Kehancuran baru saja dimulai.
Kebakaran yang membesar kemudian menyebabkan bom seberat 500 pon yang dipasang di Phantom meledak, membuat lubang berdiameter delapan kaki ke geladak, memicu kebakaran sekunder tiga geladak di bawah.
Ketika ledakan persenjataan terjadi di seluruh kapal, satu rak berisi tiga bom Mark 82 meledak sekaligus.
Kemudian membuat sebuah lubang raksasa di geladak dan menyebabkan sebuah pesawat tanker KA-3 besar terbakar.
Padahal KA-3 membawa ribuan galon bahan bakar di dalamnya, sehingga memudahkan gelombang bola api besar menyebar ke kru kontrol kerusakan.
Lebih dari 18 ledakan hebat membuat dek Enterprise robek di 8 tempat.
Untungnya, krunya bereaksi secara efisien untuk memerangi kobaran api.
Kapten Kent Lee, yang memimpin kapal mengubah arah kapal agar sejajar dengan arah angin.
Saat angin mengembuskan asap dan api agar menjauh dari kapal, para pelaut bergegas ke depan untuk memadamkan api walaupun mengetahui ada amunisi yang meledak.
Mereka berhasil menggelindingkan bom yang tersisa dari geladak ke laut sebelum meledak lagi.
Kapal destroyer Rodgers mengambil resiko besar dengan menempatkan diri kesamping Enterprise untuk menyemprotkan air dengan selang.
Upaya tersebut ternyata membuahkan hasil setelah selama lebih dari 40 menit berjuang.
Api yang mengamuk telah melukai 314 awak dan membunuh 28 orang.
Untungnya, ini adalah jumlah kematian yang secara signifikan lebih rendah daripada yang terjadi di Oriskany dan Forrestal.
Kapten Lee mengaitkan angka kematian yang lebih rendah dengan pelajaran pemadaman kebakaran yang dipelajari dari bencana sebelumnya.
Dengan 15 jet tempur menjadi puing-puing diatasnya, Enterprise tertatih-tarih kembali ke Pearl Harbor.
Di tempat itulah kapal induk nuklir Negeri Paman sam menjalani perbaikan selama 51 hari dengan biaya saat itu 126 juta USD atau setara dengan 866 juta USD sekarang.
Kapal induk yang terhormat tersebut melanjutkan untuk melayani 43 tahun lagi sebelum pensiun pada tahun 2012.
Adapun Kapten Kent Lee, kemudian memainkan peran penting dalam pengembangan jet tempur FA-18 Hornet untuk kapal Induk.
0 Comments